Seorang bisnismen terkenal bilang kalau tanpa istri dia hanya seperti kotoran di atas meja. Saat saya baca tulisan itu saya pun terhenyak. Begitu dalamnya seorang pebisnis sesibuk dia menghargai pasangannya. Sementara saya yang tidak begitu sibuk, belum bisa melihat sosok seorang pasangan sehebat itu.
Kemudian akhirnya saya bawa bayangan sosok istri saya di benak saya. Lalu saya tanya diri saya.
“Sudahkah kamu memuliakannya?” Saya hanya bingung menjawab pertanyaan hati kecil saya itu. Karena selama 12 tahun hidup bersamanya, saya merasa belum banyak memberi arti pada hubungan kami ini.
“Berapa kali kau membelikannya sandal. Dan berapa kali kau tolak selera dia. Saat dia bilang ‘ini bagus ya Abi?’ lalu kau jawab dengan gelengan kepala karena harganya terlalu tinggi untuk orang seperti dia.” Berkali kali saya menasihati diri saya sendiri.
“Berapa kali kamu kecewa padanya karena tidak mampu mengimbangi pikiran pikiran kamu. Lalu kamu bilang capek menjawab pertanyaan pertanyaan dia karena ketidak tahuannya itu. Apakah selama ini kamu sudah mengajarinya?” Saya dihajar hati kecil saya lagi.
“dan berapa sering kamu menuntutnya tuk sempurna, di dapur harus masak tanpa keasinan, kemanisan dan perfecto di segala rasanya. Di urusan rumah tangga juga seperti itu, kamu ingin semua rumah kondisi bersih tanpa kotor tanpa bau dan tanpa aroma aneh. Semua baju harus tersetrika. Sementara di malam hari, dia pun harus selalu cantik, segar dan awet muda. Lihat, berapa kau beri dia gaji selama ini?” Saya tertunduk malu lagi.
Ternyata, selama ini kita terlalu mengharap kepada sosok istri. Terlalu menuntut segalanya, padahal sebagai suami kita belum berbuat apa apa. Salut buat para istri, dan para ibu di dunia ini. Saya berdoa, semoga nama-nama anda disebut malaikat di sana, dan dirindukan oleh Rabbnya di SurgaNya.
Suami Sekaligus Ayah dua Anak,
Burhan Sodiq. S.S