Navigator dalam Keluarga

Peran terpenting seorang istri ada pada urusan rumah tangga dan keluarganya. Tanggung jawab yang berat yang nanti akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Rasululllah bersabda,

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggugjawaban atas keluarganya. Seorang istri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan tanggungjawabnya tersebut.” (HR. Bukhori : 844)

Sebagai navigator, seorang istri/ibu memang lebih intens mengarahkan seluruh anggota keluarga daripada suami yang waktunya lebih banyak tersita di luar rumah. Karakter dan kepribadian ibu jelas lebih dominan mengintervensi kepribadian anak-anak. Keuletan dan kesabaran seorang ibu mendidik anak-anak akan berbuah ranum dan manis, sebanding dengan jerih payah ibu dan kesungguhannya. Demikian pula dalam membiasakan anak-anak dalam berbagai akhlak mulia, keshalihan, dan keshiddiqan ibu lebih tepat arahannya daripada tutur kata dan nasehat. Para ulama yang hebat dan mulia semisal Imam Bukhori, Imam Syafi’i, dan lainnya adalah hasil didikan ibu-ibu yang menghiasi pribadinya dengan kemuliaan pula. Bagaimana dengan kita?? Ke arah mana kita menavigasi keluarga??

Sungguh, rumah tangga kitalah yang bertanggungjawab mencetak dan membentuk keteguhan pribadi anak-anak yang akan mewarnai hidup mereka kelak. Benarlah sabda Rasulullah,

“Tiap anak itu dilahirkan di atas fitrahnya, maka ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi.”

Keluarga harapan umat

Kebutuhan umat terhadap lahirnya keluarga-keluarga yang akan menopang perjuangan iqomatuddien tak bisa dielakkan. Melalui lingkungan terkecil ini kita (bersama suami) mulai membangun fondasi masyarakat muslim yang lebih besar. Karena inilah yang terdekat dengan keseharian kita. Dalamnya kita berusaha hidup dengan aturan Nya dan menjadikannya pusat pelaksanaan segenap syariat Islam yang haq. Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِن

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 208)

Kita ingin melihat wajah Islam yang menyatu dengan hari-hari dalam sebuah keluarga muqimuddien, yang melahirkan contoh teladan yang baik di segenap urusan hidupnya. Dalam beribadah, bermuamalah, bertutur sapa, akhlaknya mulia, sikapnya islami, pun gayanya islami di setiap kesempatan baik suka maupun duka. Mereka menjauhi segala unsur jahiliah, adat-adat dan tradisi jahiliyah yang berasal dari luar dienulllah.

Kita ingin menjadikan keluarga muqimuddien sebagai markas dakwah. Setiap anggota kelurga yang sudah akil baligh wajib menjadi shahibudda’wah, pendukung dakwah, menyeru rumah tangga dan keluarga di sekitarnya kepada Allah dengan penuh kesabaran, hikmah, dan nasehat yang baik.

Kita ingin cahaya memancar dari rumah-rumah ini, yang menjadi wasilah bagi terbukanya hidayah Allah dalam diri setiap orang, yang menerangi setiap kegelapan di sekelilingnya sehingga kejahilan dan kebatilan menjadi terang-benderang dengan cahaya Allah. Sehingga, bertambahnya kuantitas dan kualitas rumah-rumah seperti itu dapat menyingkap tabir kegelapan  yang menyelimuti hampir seluruh masyarakat, biidznillah.

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ 

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Ali ‘Imron : 110)

Wallahu a’lam bish showab.

 

Najmach Wafa’
disadur dari majalah “usrotuna”risalah 8
oleh Ummu Syahida

Leave a Reply