Najasyi (Ashhamah bin Abjar)

 

Beliau bisa dikatakan tabi’in, namun boleh pula dikatakan sebagai shahabat. Hubungannya dengan Rasulullah saw berlangsung melalui surat menyurat. Ketika beliau wafat, Nabi melakukan shalat ghaib untuknya, shalat yang belum pernah beliau lakukan sebelumnya.

Dialah Ashhamah bin Ajbar yang dikenal dengan sebutan An-Najasyi. Marilah pada kesempatan yang barokah ini sejenak kita telusuri kehidupan seorang tokoh besar kaum muslimin ini.

Ayah Ashhamah adalah raja negeri Habasyah dan tidak memiliki anak selain beliau. Kondisi ini dipandang kurang baik untuk masa depan negeri itu. Sebagian tokoh Habasyah saling berbisik: “Raja kita hanya memiliki seorang putra. Dia hanya menyusahkan. Dia akan mewarisi tahta bila raja wafat dan mengantar kita ke arah kebinasaan. Lebih baik kita bunuh sang raja dan kita angkat saudaranya menjadi raja baru. Dia memiliki dua belas putra yang membelanya semasa hidup dan menjadi pewarisnya bila meninggal.”

Dengan gencar setan membisiki dan memprovokasi mereka hingga mereka membunuh rajanya dan mengangkat saudaranya untuk menggantikannya.

Kini Ashhamah diasuh oleh pamannya. Tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, penuh semangat, ahli beragumen dan berkepribadian luhur. Ia menjadi andalan pamannya dan diutamakan lebih daripada anak-anaknya sendiri.

Namun setan kembali memprovokasi para pembesar Habasyah. Mereka kembali berembuk. Di antara mereka berkata: “Kita khawatirkan bila kerajaan ini jatuh ke tangan pemuda itu, pastilah dia akan membalas dendam atas kematian ayahandanya dahulu.”

Akhirnya mereka menghadap raja dan berkata: “Tuanku, kami tidak bisa merasa aman dan tentram bila Tuan belum membunuh Ashhamah atau menyingkirkannya dari sini. Dia telah beranjak dewasa dan kami khawatir dia akan balas dendam.”

Mendengar permintaan tersebut raja sangat murka dan berkata: “Sejahat-jahat kaum adalah kalian! Dahulu kalian membunuh ayahnya dan sekarang kalian memintaku untuk membunuhnya pula. Demi Allah aku tak kan melakukannya.”

Mereka berkata: “Kalau begitu kami akan mengasingkannya dari negeri ini.” Sang raja tak berdaya menghadapi tekanan dan paksaan para pejabat yang jahat itu.

**********

Tak lama setelah diusirnya Ashhamah tiba-tiba terjadi peristiwa yang di luar dugaan. Badai mengamuk disertai guntur dan hujan lebat. Sebatang pilar istana roboh menimpa sang raja yang sedang berduka akibat kepergian keponakannya. Beberapa waktu kemudian dia wafat.

Rakyat Habasyah berunding untuk memilih raja baru. Mereka mengharapkan salah satu dari dua belas putra raja, namun ternyata tak ada satupun dari mereka yang layak menduduki tahta. Mereka menjadi cemas dan gelisah, lebih-lebih setelah mendapati bahwa negeri –negeri tetangga menunggu kesempatan untuk menyerang. Kemudian ada salah seorang dari mereka berkata: “Demi Allah, tak ada yang patut menjadi pemimpin kalian kecuali pemuda yang kalian usir itu, jika kalian memang peduli dengan negeri Habasyah, maka carilah dia dan pulangkanlah dia.”

Mereka pun bergegas mencari Ashhamah dan membawanya pulang ke negerinya. Lalu mereka meletakkan mahkota di atas kepalanya dan membai’atnya sebagai raja. Mereka memanggilnya dengan Najasyi. Dia memimpin negeri secara baik dan adil. Kini Habasyah diliputi kebaikan dan keadilan setelah sebelumnya didominasi oleh kedzaliman dan kejahatan.

**********

Saat yang bersamaan dengan naiknya Najasyi menduduki tahta Habasyah, di tempat lain Allah Ta’ala mengutus Nabi-Nya, Muhammad saw untuk membawa agama yang penuh hidayah dan kebenaran, satu persatu assabiqunal awwalun memeluk agama ini.

Orang-orang Quraisy mulai mengganggu dan menganiaya mereka. Ketika Makkah sudah terasa sesak bagi kaum muslimin karena gencarnya tekanan-tekanan musyrikin Quraisy, Rasulullah bersabda: “Di negeri Habasyah bertahta seorang raja yang tidak suka berlaku dzalim terhadap sesama. Pergilah kalian ke sana dan berlindunglah di dalam pemerintahannya sampai Allah Ta’ala membukakan jalan keluar dan membebaskan kalian dari kesulitan ini.”

 to be continue…insyaAllah…

 

Leave a Reply