rinai menyapa senja
tak banyak,
namun cukup membasahi
kubisikkan rindu di selasar jingga
di sela tetes yang merintik
tergugu tanpa kata
menatap keteguhan yang terpasung
dalam gelisah
dalam binar kecewa
sesak dalam keparauan
ego yang melesak kalbu
sedang nurani berjuang sendiri
mengetuk dinding kesadaran
bertalu, bergema…
semoga tetesnya menganak sungai
bermuara ke telaga kesabaran
yang semakin kering di tengah kemarau panjang…
Najmach Wafa’
di Penghujung September