Empat Saudari Mukminah 2

Ummul Fadhl binti Al-Harits

Ia bernama Lubabah binti Al-Harits, istri Abbas bin Abdul Muthalib paman Rasul saw. Ibunda dari sahabat mulia, Abdullah bin Abbas, sang habrul ummah (tinta umat) dan turjumanul Qur-an (ahli tafsir Al-Quran). Selain Ibnu Abbas, ia juga dikaruniai beberapa putra, Al-Fadhl, ‘Ubaidullah, Qutsam, Ma’bad, Abdurrahman dan Ummu Habibah. Ia adalah bibi (dari pihak ibu) sahabat agung Khalid bin Walid, sang pedang Allah.

Wanita kedua yang memeluk Islam setelah sayyidah Khadijah ra. Istimewa tiada tara.

Namun, saat perintah hijrah turun, setelah tekanan dan siksaan Quraisy Makkah terhadap kaum muslimin semakin menjadi, Ummul Fadhl termasuk dari mereka yang tetap di Makkah. Saat itu, Abbas, suaminya masih menyembunyikan keislamannya.

Ibnu Abbas berkata tentang firman Allah Ta’ala

{وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَلْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا}

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!” (An-Nisa’, 4: 75)

“Saat itu, aku dan ibuku termasuk golongan orang-orang yang lemah (mustadh’afiin).”

Ummul Fadhl baru bisa hijrah ke Madinah setelah peristiwa pembebasan kota Makkah, tahun 8 H.

Keistimewaan lain yang ia peroleh adalah menyusui cucu Nabi saw, Hasan dan Husain, pemimpin pemuda penghuni syurga. Suatu ketika, Ummul Fadhl menemui Rasul sembari berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin sekali ada seorang dari keluargamu yang tinggal di rumahku.” Rasulullah menjawab, “Fatimah akan melahirkan, engkau dapat menyusuinya bersama putramu, Qutsam. Tak berselang lama, Fatimah melahirkan Husain. Dengan gembira, Ummul Fadhl membawanya pulang ke rumahnya dan menyusuinya.

Ia juga seorang wanita pemberani. Pernah ia bersama pelayan suaminya, Abu Rafi’ (di kemudian hari, ia menjadi pelayan Rasul), mendengar penuturan Abu Sufyan di hadapan Abu Lahab dan kawannya mengenai jalannya perang Badar. Abu Sufyan menceritakan bahwa mereka berhadapan dengan pasukan berbaju putih dan menunggang kuda yang gagah. Mereka seakan terbang, tak seorang pun dapat menghadapi mereka. Saat mendengar itu, Abu Rafi’ langsung menyahut, “Demi Allah, itu adalah malaikat.” Tiba-tiba Abu Lahab menamparnya, membantingnya ke tanah dan memukulinya.

Tanpa diduga, Ummul Fadhl mengambil sebatang kayu lalu menghantamkannya ke kepala Abu Lahab hingga terluka cukup parah. Dengan berani ia membentak, “Engkau berani memukulinya saat tuannya tidak ada di sini.”

Abu Lahab lantas pergi dalam diam. Tak berselang lama setelah kejadian itu, Abu Lahab mati dengan penyakit kulit akut yang merenggut nyawanya.

Semoga Allah merahmatimu, wahai putri-putri Al-Harits.

Bersambung …

Leave a Reply

%d