Empat Saudari Mukminah

 

“Ada empat wanita bersaudara, dan mereka adalah wanita mukminah sejati. Maimunah binti Al-Harits, Ummul Fadhl binti Al-Harits, Salma binti Umais dan Asma’ binti Umais (saudara seibu).” H.R. An-Nasa’i dan Hakim. Dishahihkan oleh Al-Albani.

Keempat saudari ini adalah istri dari keluarga Rasul yang mulia. Maimunah Ummul Mu’minin, istri Rasul saw, Ummul Fadhl adalah istri Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi saw. Sementara, Salma adalah istri sayyidus syuhada’, Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi saw. Asma’ adalah istri Ja’far bin Abi Thalib, anak paman Nabi saw.

Sebuah kemuliaan berlipat. Kesaksian dari lisan Rasul yang mulia, yang tak pernah keluar darinya nafsu dan dusta. Garis keturunan mulia. Saudari-saudari mukminah yang tulus. Istri keluarga mulia. Saudari dari sahabat-sahabat mulia. Adakah kemuliaan yang menandingi ini semua?

Maimunah binti Al-Harits

Ia dinikahi Rasulullah saw pada tahun  ke tujuh Hijriyah. Ketika Rasulullah dan kaum muslimin melaksanakan umrah qadha’, setelah tahun sebelumnya mereka terhalang dari melaksanakan umrah.

Sebelumnya, ia menikah dengan Mas’ud bin ‘Amr Ats-Tsaqafi yang kemudian menceraikannya. Setelah itu, ia menikah dengan Abu Ruhm bin Abdul ‘Uzza yang kemudian meninggal dunia. Sepeninggalnya, Maimunah seakan mendapat firasat bahwa Allah akan menganugerahinya seorang suami yang akan merengkuh kedua tangannya untuk berjalan bersama menuju surga dunia dan akhirat.

Benar sekali apa yang ia rasa. Seusai Rasul melaksanakan umrah, beliau mengutus anak pamannya, Ja’far bin Abi Thalib untuk menemui Maimunah. Maimunah sendiri menyerahkan urusannya kepada suami adiknya, Abbas bin Abdul Muthalib. Maka, Abbas menikahkannya dengan Rasul. Ketika keluar dari Makkah, Rasul menugaskan Abu Rafi’, pelayan beliau, untuk membawa Maimunah kepadanya. Beliau menghabiskan malam pertamanya dengan Maimunah di daerah Saraf.

Ia menjalani hari-hari dalam ketaatan, di bawah bimbingan sang Rasul utusan. Maka tak heran, jika ia termasuk tokoh wanita yang meriwayatkan sejumlah hadits dari Rasul saw.

Menjelang kematiannya, Maimunah meminta untuk dibawa keluar Makkah. Ia teringat bahwa Rasul pernah berkata bahwa ia tidak akan meninggal di Makkah. Maka ia dibawa ke daerah Saraf, dekat sebuah pohon yang menjadi saksi malam pertamanya dengan Rasulullah saw. Ia pun dimakamkan tepat di bawah pohon itu.

Ia wafat pada tahun 51 Hijriyah. Dan cukuplah perkataan Aisyah menjadi saksi bagaimana ia tetap istiqamah dalam ketaatan sepeninggal Rasulullah. Aisyah berkata: “Demi Allah, Maimunah telah tiada. Dia adalah orang yang paling bertakwa dan paling kuat menjaga silaturrahmi di antara kami.”

Leave a Reply

%d